Rabu, 28 September 2011

Kalah

Aku menghilang, aku bersembunyi agar dapat menatapmu lebih dalam tanpa satu orangpun tahu. Itu aku, aku yang diam-diam tersipu dari balik batasan tebal diantara kita. Menyukai dengan cara yang sangat tidak masuk akal, mungkin sebuah benda mati, atau mungkin . . . seorang kamu.

Lalu aku mencoba lari dari kenyataan, bahwa aku tidak pernah berhenti memikirkanmu. Aku menjauh, menutup semua jalan menuju kearahmu. Semua serba tak masuk akal, aku, kamu, dan mengenai semua kalimat-kalimat yang terlanjur ku ucap.

Aku ingat sesuatu, dulu aku juga pernah merasakan ini. Cerita tentang aku dan 'kamu' yang lain, cerita yang berhasil menyita waktuku sampai dia menggoreskan sesuatu dengan sangat dalam di hati. Sakitnya masih terasa, goresan itu membatu dan berdarah disaat yang bersamaan setiap namanya teringat. Karenanya, aku menjadi seorang penakut. Aku takut akan sebuah kota, kota tempat seseorang yang memenangkan hatinya tinggal. Seperti ada balok menghantam, setiap nama kota itu terdengar. Harusnya aku amnesia, tapi sebaliknya . . . ingatan tentangnya datang perlahan, lalu bersama-sama menjatuhkanku kedasar tanah. Aku benar-benar takut.

Dan kamu, awal ini sama seperti saat itu. Aku suka mengeja kata demi kata yang kamu tulis, kamu selalu membuatku iri dengan semua kisah perjalananmu. Tapi . . . aku juga melihat ketakutan di depan sana, aku takut ini akan berakhir sama.

Aku ingin secepatnya berhenti sebelum menemukan garis akhir, aku merasa ini sudah terlalu jauh. Aku takut, aku takut menghadapi kenyataan, aku takut mengetahui kalau aku akan kalah.

Sekarang aku memang sudah kalah, lagi.

_

Selasa, 13 September 2011

Cinta Itu Sederhana

Cinta itu sederhana, rasa antara dua manusia yang tak sanggup dilukiskan dengan kata-kata. Cinta itu tak serumit rajutan selimut ataupun tenunan kain. Jika dapat benar-benar merasakannya, cinta hanyalah ketulusan yang datang dalam diri. Hati yang terus menerus memberi, jiwa yang selalu ingin mengisi, atau jemari yang ingin terus menggenggam. Cinta tidaklah sesulit memisahkan minyak di dalam air, tentu saja jika kamu tahu cara merawatnya.

Bagiku, cinta adalah kamu. Raut wajah yang sayu karena lelah, juga nafas halus penanda lelap tidurmu. Kamu adalah bentuk nyata dari sebuah angan, tanda bahwa khayalanku juga tidaklah dapat sesempurna lukisan. Cinta adalah kamu, kelemahan yang membuat rasa hormatku kepadamu setara dengan ibuku sendiri. Aku melihatmu dari sisi lain hidupmu, bahkan bersebrangan dengan sisimu. Cinta adalah kamu, kamu yang selalu mengeluh dan tidak pernah siap menghadapi kenyataan dunia, kamu yang masih sering goyah saat meniti jalan hidupmu.

Bagaimana aku dapat menyebutnya cinta?

Karena cinta itu sederhana, sesederhana menciptakan rinduku di kala sepi. Semudah menghiraukan garis pensil di lembaran buku gambar yang bersih.
Mungkin benar aku terlalu banyak berwacana, nyatanya kamu masih melihat cinta itu dari sisi yang berbeda. Tapi, apa? Aku belum bosan menyebutnya sederhana, sesederhana guratan senyum di ujung bibirmu, dan mungkin akan terus seperti itu.


_