Senin, 24 Oktober 2011

Senja

Saya mencintai senja, segaris warna jingga juga redup cahaya matahari yang sebentar lagi kembali ke peraduannya. Saya menikmati menit demi menit jingga berubah menjadi malam, menghitung mundur keindahan yang sebentar lagi kosong oleh kegelapan.


Senja hari ini adalah senja tanpa jingga, Jakarta memang dapat mengubah apa saja...termasuk juga senja saya. Hanya ada wajah lelah, klakson kendaraan bermotor dan hiruk pikuk pikiran serta masalah masing-masing penghuninya. Senja saya terhalang kabel listrik...senja saya tertutup gedung-gedung pencakar langit.


Satu langit, satu senja dengan perasaan berbeda. Saya berada sama dibawah langit yang mulai redup oleh cahaya, denganmu. Saya juga berpijak diatas bumi, dimana kakimu juga menapakinya. Apakah kamu melihat langit? Apakah kamu merasakan hal yang sama dengan saya? Bahwa senja kita tidak semenarik biasanya..bahwa langit tak seluas seperti langit kampung halaman kita?


Satu jingga, bermacam cerita tercipta. Saya mengisinya dengan sedikit lukisan tentangmu, sekelebat senyum yang selalu melintas, juga satu paragraf rasa iri karena berbagai gambaran kisah perjalananmu. Saya menyukai senja dengan segala rupa, jingga, mendung, bahkan hujan pun tak menghalangiku untuk tetap mematung menatapnya.

Saya menikmati senja dengan cara saya, mencintai secara sempurna, dan mengukirnya dalam di memori kepala.


-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar