Ketika cahaya sengaja dicari untuk menerangi kegelapan, mengisi ruang yang sebentar lagi berlumut...saat itu mata sudah lelah. Ketika riuh suara burung hanya terdengar tanpa dapat dilihat, ingatan tentang rupa mahkluk kecil bersayap digali hingga saat terakhir menatapnya.
Mata rupanya sudah tua, mungkin juga sudah terlalu renta untuk dapat membuka dan menikmati dunia. Macam warna, banyak wajah, yang dulu sempat terekam kini tidak dapat dilihat lagi. Hanya kegelapan, hanya suara dan hanya sekelompok kira-kia saat kamu menunjuk sebuah benda. Aku sudah tidak dapat melihatnya.
Saya pernah melihat macam bunga, saya pernah mengagumi langit dan seisinya, saya juga pernah mencuri pandang dengan seseorang yang saya suka. Hanya untuk separuh umur, hanya untuk bekal saya di hari tua. Awal kegelapan yang sangat indah, sisanya...saya hanya dapat menerka-nerka.
Dulu, saya memang memiliki dunia...kini, saya juga punya satu dunia, dunia nan gelap. Mata sudah tak lagi bekerja, mungkin hingga terdengar suara malaikat pencabut nyawa yang juga belum pasti saya dapat melihat wujudnnya.
Saya hanya belum siap kehilangan cahaya, saya masih ingin menatap langit juga senja, saya suka kelip bintang di malam hari, saya juga suka mengisi ingatan dengan wajahnya. Tapi tidak lagi...langit jingga sore hari sudah berganti malam, kelip bintangpun tak akan bersuara, bahkan wajah itu belum saya miliki seutuhnya. Gelap, saya sudah memasuki sisa waktu setelah bermain-main dengan dunia, waktu dimana saya kehilangan warna.
Saya buta.
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar