Rabu, 14 Maret 2012

Cinta Itu Menyembuhkan

Kurasuki hening haru di sekitarku, kutatap lekat-lekat wanita yang kucintai dengan gaun putih panjang di depan altar.

Ada senyum bahagia yang terpancar dari wajahnya siang itu, dengan secangkir kopi dan tiramisu di atas mejanya. Dia berdiri menyambutku, memelukku erat lalu dengan cepat menghapus titik air di sudut matanya.

'' Kamu yakin? '' Tanyaku. Dia mengangguk cepat dengan senyum tak kalah meyakinkan.

'' Iya, aku yakin. Aku terima, '' jawabnya pasti. '' Cinta itu menyembuhkan, aku ingat itu. Dan inilah obat yang kucari, aku menerima pinangannya. ''

Sesak segera merambati dadaku, menguak lagi luka yang pernah kubuat. Menyakitinya, menjadikan dia seperti wanita kedua yang tak berarti. Aku menghunjamnya tepat di ulu hati, memberi kabar yang tidak pernah dia sangka sebelumnya.

'' Aku sudah beristri, dan sebentar lagi mempunyai seorang putra, '' jelasku pelan akhir tahun lalu. '' Maaf, aku tak pernah memberitahumu sebelumnya. ''

Ada tangis, ada kemarahan, ada kekecewaan yang membuatku menyesal telah berdiam selama enam bulan ke belakang. Ada tatapan penuh kebencian yang sekilas berkelebat di matanya, dan sedetik kemudian diikuti tamparan keras di pipi kiriku.

Aku menyesal atas semua kebohonganku, maaf.

Cinta itu menyembuhkan, cintanya menyembuhkanmu dari sayatan luka yang sudah kubuat. Kamu menemukan obat, kamu menemukannya, kamu pantas berdiri berdampingan di altar dengan orang yang menit ini menyematkan cincin di jari manis kananmu.

Aku berdiri di kursi deretan ketiga setelah keluargamu, menjadi orang asing yang merasa pernah masuk ke hidup pengantin wanita di depan sana. Menjadi orang yang tak pernah dikenali namun telah dengan mudah menjatuhkanmu dengan kenyataanku, sesakku terulang kembali. Sesalku datang seperti setan yang menggelayuti bahuku, juga terbayang dosa yang tak pernah bisa kulupa dan akan terus menghantui.

Cinta itu harusnya menyembuhkan, bukan melukai, bukan diam-diam, bukan indah yang didasari kebohongan. Bukan bertujuan untuk mengecewakan seperti ulahku padamu.


*Ditulis untuk #FFhore tema ke-2.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar