Untukku, kehilangan dan perpisahan adalah potongan-potongan puzzle kehidupan yang paling menyakitkan.
Kamu.
Sudah berulang-ulang aku merasakannya, berulang kali, lalu lagi, dan terus kehilangan lagi. Tetapi, rasanya masih terlalu pahit untuk getir yang kupikir tak akan terasa saat kembali mengaliri. Dia, lalu dia, dia, kemudian kamu.
Kamu. Bagian puzzle yang kutemukan untuk melengkapi, potongan yang kuragukan bisa menutupi sisa kosong yang masih kumiliki; iya, kamu.
Kehilanganmu seperti memaksaku untuk tidak percaya pada hal yang orang sebut cinta, pada sesuatu yang mereka elu-elukan keberadaannya. Kehilanganmu menceloskan harapan yang kamu siratkan dalam tiap kecup di bibirku, dalam tiap hangat yang kamu janjikan dalam pelukmu.
Kehadiran hanya sebatas semu, pada akhirnya toh kamu harus tetap pergi. Memisahkan diri dari hingar bingar kekacauan yang kita buat, menjauhi keyakinan dan menggantinya menjadi sebuah keraguan.
Kehilangan dan perpisahan seolah potongan yang harus kumiliki, kucari adanya agar hidupku sempurna. Seperti gelap malam dengan cahaya siang, sama halnya tangis dengan tawa. Seimbang.
Katanya semua diciptakan berpasang-pasangan, atau mungkin kusebut saja saling menggantikan. Terus bergulir saling mengisi, kemudian diganti dan diganti sampai menemukan kepastian.
Bukan dunia peri yang sedang kutinggali, hanya satu buku berisi bagian-bagian tak beraturan dengan berbagai emosi yang menunggu kutata rapi.
Seperti menyusun puzzle dalam buku; kutempelkan setiap cerita berwujud sketsa satu demi satu, dan tak lupa kini menempatkan namamu di satu sisi. Sampai aku sadar saat kamu menjelma menjadi wujud nyata dari perpisahan dan kehilangan... Aku memilih untuk berhenti. Aku jera bermain-main dengan pencarian, aku sudah bosan menemukan banyak kehilangan.
Karena kehilangan dan perpisahan adalah potongan tersulit yang bisa kuterima, aku menganggapnya sebagai bagian paling rumit dari sebuah puzzle dalam kehidupan. Dari rangkaian puzzle-ku yang masih berantakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar