Gerimis tiba-tiba saja membasahi bumi, kukepakkan sayapku berkali-kali agar tetesan air segera menyingkir dan aku bisa kembali terbang.
''Hujan,'' terdengar suara dari balik daun jambu biji yang merunduk menutupi ranting. ''Kamu takut hujan?''
Aku tidak menyahut, suara mungil dari balik daun terdengar lemah dan nyaliku belum siap jika yang bersuara adalah bunglon. Aku bisa langsung dilahapnya.
''Kamu mau menemaniku sebentar? Atau menjagaku beberapa saat?'' gerakan angin menyibak daun dan memperlihatkan Si Pemilik Suara. Ulat. Seekor ulat hijau yang sudah terbungkus kepongpong tipis. ''Aku sendirian.''
Aku terbang mendekat, mengamati gumpalan yang menempel di bagian bawah ranting. ''Kamu hendak berubah menjadi kupu-kupu, bukan?'' tanyaku. ''Sayapmu pasti indah dan berwarna-warni.''
''Aku sendirian,'' ulangnya. ''Maukah kamu menjagaku sampai aku menjadi kupu-kupu? Kamu akan menjadi capung pertama yang melihat sayapku.''
Setelah itu tak ada suara lagi, hanya tinggal kepongpong yang terlindungi daun jambu. Aku akan menemaninya seperti yang dia mau, aku juga ingin menjadi capung pertama yang melihat sayapnya. Pasti indah.
Sudah sebelas hari, aku masih menunggunya. Sesekali aku mencari makan dan terbang agar sayapku terkena sinar matahari, tapi tetap, aku akan kembali berdia di bawah kepongpong yang menempel di ranting dan terlindungi oleh daun jambu.
Tiba-tiba ada suara gemersik, lalu ada kaki-kaki kecil yang keluar dari pupa dan merangkaki ranting. Biru tua, dengan garis hitam mengelilinginya, terlihat menggantung. Masih basah.
Aku masih menunggunya, menatap sayap biru tua indah dengan garis hitam mengelilinginya yang perlahan mengepak. Perlahan, kemudian mengepak lebih cepat dan...terbang.
Dia terbang. Ulat yang sebelas hari lalu memintaku menemaninya kini terbang, menjauh.
''Capung, terima kasih, '' suara merdu mengagetkanku. Aku baru terbang satu meter dari pohon jambu, dan sayap biru tua indah itu telah menghadangku. ''Terima kasih sudah menjagaku.''
Aku terbang memutarinya, memerhatikan sayap-sayapnya. ''Sayapmu indah, aku melihatnya sebelum makhluk lain melihatnya. Terima kasih. ''
''Mau menemaniku terbang dengan sayap baruku? ''
Aku memutarinya sekali lagi, mengamati sayap yang jauh berbeda dengan milikku.
''Kita berbeda, aku capung dan kamu kupu-kupu. Kupu-kupu yang lucu, dan indah. Pergilah ke kawananmu, aku tak akan menagih apapun darimu. ''
Kamu indah, dan aku tak cukup indah terbang bersamamu. Sayapmu lebar berwarna, sayapku ciut dan bening. Kita berbeda.
Lalu sayap itu menjauh, terbang di antara daun-daun di kebun jambu biji setelah sebelas hari terkurung dan tumbuh dalam kepongpong sempitnya. Terima kasih telah menjadikanku makhluk pertama yang melihatnya, kupu-kupu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar