Kamis, 24 November 2011

Selamat Hari Guru

Guru, saya pernah bercita-cita menjadi seorang guru Bahasa Inggris. Ibu Wilujeng Hartanti, guru bahasa Inggris saya yang entah kenapa bisa sangat menginspirasi. Caranya berinteraksi dengan murid ataupun cara menerangkan pelajaran. Tenses sampai vocabulary diterangkan dengan cara yang sangat berbeda untuk memudahkan kami mencerna. Juga satu-satunya guru yang memanggil saya dengan menyebut nama tengah. Awalnya agak sedikit aneh, tapi lama kelamaan saya malah suka dipanggil seperti itu.
Terdengar lebih akrab ditelinga saya.

Lain lagi dengan Pak Sobron, guru matematika yang wajahnya sangat tegas dengan kumis 'Pager Kabupaten'nya (Pak Sardijan yang bilang begitu lho, pak). Saya pernah dihukum berdiri didepan kelas dan diperintahkan untuk tertawa tanpa boleh berhenti, salah saya yang cekikikan saat jam pelajaran berlangsung. Malu sekali kalau ingat kejadian itu.
Ada satu lagi, Dwi Lina Rahmawati. Juga guru matematika saya, dari kedua guru tersebut saya jadi tidak takut matematika. Saya malah lebih memilih matematika dari pada PPKN atau IPS.

Matematika adalah tentang kepastian. Jawaban dari soal matematika itu sudah harga mati, salah satu angka ataupun salah menempatkan koma (,) saja...dipastikan salah. Tidak ada toleransi 'Jawaban nyerempet' dan diberi nilai setengah seperti PPKN.

Dan satu-satunya guru sejarah yang sangat humble sekaligus tegas adalah Ibu Milati Aliyah. Yang tidak lain adalah istri dari Pak 'Pager Kabupaten' Sobron. Beliau senang sekali bercanda dengan 'Pitechantropus Erectus' dan 'Homo Sapiens'. Kalau ulangan, hanya dibacakan soal dan tidak bisa diulang, jadi mau tak mau harus menyimak.

Para guru tersebut dan yang tidak sempat disebut, telah mengajarkan banyak hal. Pelajaran pasti, disiplin iya, kejujuran dan juga mengajarkan jalan pintas saat mengerjakan matematika. Bukan nyontek, jalan pintas adalah cara pengerjaan matematika dengan cara yang lebih singkat dan benar. Sama halnya seperti mengingat jumlah hari dalam bulan dengan menghitung ruas tulang punggung telapak tangan.

Selamat Hari Guru, terima kasih telah mengantar saya sampai detik ini dengan ilmu yang susah payah diajarkan. Maaf jika dulu, saya pernah membuat kesal, pernah menulis contekan rumus di penghapus, juga pernah mengeluh kenapa soal ulangan begitu sulit dikerjakan. Semoga terus diberi kesehatan, semoga tetap menjadi teladan.

Terima kasih guru, terima kasih telah menjadi bagian penting dalam perjalanan saya, terima kasih banyak para pahlawan tanpa tanda jasa.

-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar