Minggu, 25 Desember 2011

Dalam Gelap (Ending)

Hening masih saja hanya tentang kekosongan, tak ada isi meski banyak sekali ruang. Senyap semakin meresap tatkala suara meninggalkan gemanya, tak ada sumber, hanya gema saja.
Kekakuan merasuki diri, menyelinap di antara otot-otot dan denyut nadi. Membekukan jemari lalu bermain-main dengan arteri.

Sesal sudah didapat, maaf pun tak terhitung lagi. Si Suami mengatupkan ke-dua tangan di sisi Si Istri, menutup mata melirihkan doa. Perlahan disusurinya rosario yang menggantung di antara jari-jari, titik demi titikpun menetes membasahi pipi--tak bisa ku tahan, batinnya.
Si Kecil memandang Si Ayah, kakinya terus digerak-gerakan karena kursi yang didudukinya terlalu tinggi. Ikut mengatupkan dua tangan lalu menirukan gerak bibir Si Ayah, sesekali dia mengelus lengan serta pipi Si Ibu lembut.

''Papa, kapan mama bangun?'' tanyanya merasa sudah terlalu lama diam dan berdoa, Si Ayah membuka mata, menghela nafas lalu beranjak dan berjalan mengitari ranjang. Sebuah pelukan hangat, tanpa satu patah kata yang terucap. Membelai rambut keriting berwarna hitam legam, membenamkan kepala penuh pertanyaan ke dalam dadanya.

Kesepian belum akan beranjak, menyesaki kekosongan dengan angan. Menggiring pikiran ke alam yang tak masuk akal, perlahan meruntuhkan sisa-sisa harapan. Tuhan ada, asal manusia percaya.
Kesepian belum akan beranjak, kerapuhanlah yang sebentar lagi beranak-pinak. Mengurangi secuil demi secuil asa yang tertinggal, hingga habis dan terpaksa jatuh menyerah. Kalah.

''Mama pasti bangun...'' lirih Si Ayah. Si Anak masih ingin bertanya dan bertanya lagi, Si Anak masih ingin tahu, Si Anak masih tetap ingin Ibunya terbangun. Mungkin esok, atau lusa. Mungkin dia bisa ikut membaca doa rosario seperti Ayahnya, mungkin juga dia bisa terus bertanya agar ayahnya tak hanya terpejam dalam doa.

Kekosongan tak akan pernah beranjak, kerapuhan memilih untuk tetap tinggal. Menggerogoti senyum mencoretkan guratan, gurat-gurat kesedihan menindih garis senyuman. Gurat kekhawatiran memotong jalinan kegembiraan, perlahan. Sampai kapan tak ada yang tahu. Katakan, mungkin Kau mengetahuinya, Tuhan?

-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar