Bicara tentang Gunung Sindoro yang sedang hangat diberitakan di media, membawa gue ke sebuah masa, masa disaat masih mengenakan seragam sekolah, beberapa tahun lalu.
Gunung Sindoro letaknya di perbatasan Temanggung dan Wonosobo, which is ga jauh-jauh amat dari Banjarnegara. Saat gue masih sekolah, tiap hari, tiap pagi gue (pulangnya juga) dan temen-temen memang harus berjalan kaki kurang lebih 1 kilometer untuk bertemu jalan raya. Nasib hidup di pedesaan gitu, untuk menemukan mobil saja harus berjalan segitu jauhnya. Tapi, sekolah memang hal yang pantas diperjuangkan.
Perjalanan 1 kilometer itu harus melewati satu desa dan persawahan, di pagi hari, saat cuaca cerah atau sehabis hujan...langit warnanya biru kaya air laut. Padi menguning, kadang masih hijau, kadang baru ditanam, kadang baru dipanen, kadang gue sama temen-temen malah berhenti sebentar nonton petani bajak sawah. Udara segar, bau tanah persawahan, bau daun-daunan, bau sabun mandi murah yang kami pakai mandi sebelum berangkat sekolah. Di sebelah barat, ada Gunung Slamet berdiri kokoh seperti tiang pancang. Di depan kami, ada Gunung Lawe atau Gunung Pawinihan, lebih seperti pegunungan sih. Dan disebelah timur ada 2 gunung lagi, yaitu Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing.
Dua gunung ini mungkin kembar, berjejer mirip...ya mirip dua gunung yang berjejer lah. Perbedaannya cuma ada dipuncak, yang satu rata, yang satu agak bergerigi kalau dilihat dari jauh. Satu temen gue pernah bilang kalau dulu, Gunung Sindoro dan Sumbing tuh hidup, begitupun Gunung Slamet. Mereka berantem dan bawa senjata (gue lupa senjatanya apa), makanya sekarang Gunung Sumbing puncaknya ga rata karena dipukulin Gunung Slamet. Dan Gunung Slamet ada bagian seperti cakaran (obrolan anak-anak), dan dulu gue percaya aja di ceritain gituan.
Selama gue sekolah, gunung-gunung itulah yang nemenin, mungkin juga jadi pelarian saat kepala pusing mikir ulangan. Bisa dibayangin lah kaya apa pemandangan ditempat gue berdiri dulu: di jalan dengan seragam sekolah dan ransel berat, melihat persawahan yang luas, lalu background gunung dan langit biru, petani dengan caping dan cangkul, suara aliran air untuk irigasi....gue punya hal yang anak-anak jaman sekarang ga punya :') .
Jadi begitu ada kabar Gunung Sindoro statusnya dinaikkan, ada masa lalu yang tiba-tiba muncul. Semoga hanya 'batuk' kecil, kaya Gunung Slamet yang belum lama ini juga pernah dinaikkan statusnya dan untungnya, Alhamdulillah udah aman. Semoga, amin.
Dulu juga pernah ke Jogjakarta, melewati gunung Sindoro-Sumbing. Jalannya pas banget ada ditengah-tengah dua gunung itu, gue bahkan sempet ambil gambar Gunung Sindoro dari jarak deket banget. Mudah-mudahan negative-nya masih ada, jadi kapan-kapan bisa dicetak.
Percaya aja sama Gusti Allah, keluarga Bu Lik gue juga ada di Wonosobo, Selomerto tepatnya, di belakang kecamatan (lengkap bener). Ga ada keluarga disana pun, pasti di doain juga...semuanya akan baik-baik saja. Insya Allah.
Dulu, kita sering gambar pemandangan yang isinya PASTI ada gunung, sawah, hutan, sungai kecil, matahari baru terbit dan burung yang serupa huruf 'W'....itu memang ada, gue pernah liat...saat gue masih berseragam sekolah dan terbungkuk karena ransel yang berat.
:')
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar