Di sebuah sofa merah marun lobby satu gedung perkantoran, aku menata kembali ruas-ruas hati yang baru saja terpecah setelah sedetik lalu terlengkapi.
Air mineral kemasan di atas meja setengah kosong, bukan lagi setengah isi seperti kemarin. Aku menggeleng ragu, haruskah secepat ini?
Alat pendingin ruangan juga hanya mampu membekukan jemari, dapatkah satu hembusan menyusup ke hati agar luka sedikit terobati? Lebih baik menganga tapi membeku, lebih baik mengeras dan kaku.
Langit tiba-tiba mendung, kenapa? Tak suka kah dengan caraku? Cara membenahi retakanku?
Ku putuskan untuk pergi, beranjak dari sofa merah marun di lobby gedung sore ini. Menungkupkan dua tangan mengikat ruas-ruas patah digenggaman, erat. Mungkin seruas tertinggal, mungkin seruas di curi orang, mungkin seruas terlanjur berantakan.
Bentuk utuh tidak lagi menyenangkan, buang saja bagian tak berguna, meski berlubang asal serupa.
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar