Jakarta sedang tidak bersahabat cuacanya, siang hari sangat terik, malamnya hujan lebat.
Aku menunggumu di depan rumah sejuk milikmu, terduduk lelah sepulang dari kantor di atas kursi kayu di beranda dengan pohon merambat menutupi separuh pandangan. Aku sedang menunggu kepulanganmu, sejak dua hari lalu kutinggalkan di Semarang, aku ingin cepat memeluk, meminta maaf, melihat wajahmu lagi. Rindu membuatku tak berani mencari pembenaran; harusnya kamu tidak memilihnya untuk memandu kita, harusnya dia tidak perlu seintim itu di depanku, harusnya kamu mengerti perasaan wanita yang sekarang menjadi kekasihmu!
Tidak. Harusnya aku bisa berteriak tepat di hadapan kalian, tapi tidak. Aku memilih diam hingga rindu perlahan menyusupi pikiranku, aku tak akan pernah sanggup mengatakannya. Rindu membuatku lemah, ia menguasai, ia memerintah, dan aku tunduk.
Kulihat ransel hitam besarmu datang bersama orang yang sedang kurindu, kamu. Dengan wajah lelah dan muram, dengan langkah yang melambat setelah melihatku beranjak.
Bolehkah aku memelukmu sekarang?
Kita bermain drama dalam diam, saling menunduk menyembunyikan mata kecewa dan mata berkaca-kacaku. Tanpa sebuah sapaan, tanpa satupun senyuman, tanpa sedetikpun kecupan di bibir.
'' Masuk, '' singkatmu setelah pintu terbuka. Tanpa menoleh.
Rumahmu terasa asing bagiku, dingin, seperti kamu yang masih berusaha melepas sepatu di depan raknya. Aku menunggu suara tawa dari suara beratmu, atau canda basi yang sering kamu lontarkan.
'' Duduk, aku mau istirahat. ''
Hanya itu yang kudengar.
(Mr. Backpacker)
yaaa, kok sedingin itu?
BalasHapusmana kisah romantisnya?
ini lagi marahan, ga bisa romantis kalau ga lagi jatuh cinta. :))
Hapus*sekalian curhat*