Minggu, 05 Februari 2012

Rumah

Selalu ada pertanyaan yang masih sering mengganggu kepalaku, di saat perjalanan kita atau ketika ransel besar kita siap dibawa.

'' Apa yang kita cari? ''

Di kala angin senja sibuk menerpa wajah kita, di sebuah perjalanan yang kesekian kalinya kita lalui berdua. Kita masih mencari tahu, kita masih berjalan, kita belum menyerah pada lelah. Kita sibuk menebar pandangan mencari penunjuk jalan atau plang pertokoan untuk tahu langit mana yang sedang menaungi kita, bumi mana yang sedang kita jejaki.

'' Tujuan, kita mencari tujuan. '' begitu katamu kala itu. Langit meredup menampilkan kelabu awan dan sedikit rintik hujan, kamu merapatkan jemari ke jemariku tanpa menoleh. Ke mana sebenarnya tujuan kita?

Langkah yang memburu memaksaku untuk memacu langkah mengikutimu, hujan semakin deras dan kita belum berniat ingin berhenti.
''Kita mencari jati diri. '' Tanganmu bahkan masih berpegang erat di sela jariku, dinginnya ekspresimu bukan hal baru untukku. Tidak banyak bicara namun tak pernah kehilangan suara, tanpa ekspresi namun lembut dan menghangatkan.

'' Kita mencari rumah, menjauhi awal untuk menemukan titik terkecil dari dunia, '' bahkan wajahmu masih menerobos bulir air yang berjatuhan, menadah tetes hujan di bawah lindungan kanopi warung kopi di kota Yogyakarta. ''--untuk tahu seberapa jauh kita pergi, untuk merasakan sakitnya rindu kampung halaman, untuk mengerti arti kata 'Pulang'. ''

Aku menengadah ke langit luas, mencoba memisahkan gumpalan hitam yang masih menyelimuti, menerka-terka yang mana bulatan langit di atas kampung halamanku. Ini dia, ini sakit yang kamu maksudkan. Rindu tiada tara yang tiba-tiba menyerangku tepat di ulu hati, keinginan untuk pulang dan berdiam di rumah nyaman disertai keluarga.

Aku mengerti.

Tapi darahku terlanjur bercampur dengan petualangan, dengan kamu. Dengan seseorang yang membawaku keluar hanya untuk merasakan rindu, untuk pergi menjauh demi merasa lebih dekat. Untuk mencari hal yang kita yakini ada, meski masih menyatu dalam bayangan abu-abu buram tanpa warna.

Demi menemukan rumah, agar kita tahu ke mana tempat yang tepat untuk pulang.


(Mr. Backpacker)

2 komentar:

  1. karena yang paling bahagia itu ketika pulang.

    BalasHapus
    Balasan
    1. benar, pulang setelah kerinduan menyiksa selama perjalanan.

      *salaman sama backpacker beneran*

      Hapus