Wajahnya masih secantik saat aku terakhir melihatnya, polesan rias wajah lengkap tanpa cela dan mengagumkan. Hanya senyumnya yang berbeda, bukan senyum tulus ataupun senyum biasa, senyumnya terlihat aneh di mataku.
'' Kamu tinggal di sini? '' tanyanya ketika wanita ini ' Dititipkan ' padaku, si empunya rumah bergegas masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
'' Oh, tidak. Aku hanya menumpang mandi, '' jawabku singkat.
'' Di tempatmu tidak ada kamar mandi sampai harus menumpang di sini? '' nada bicaranya terdengar menuduh layaknya detektif menemukan alibi palsu. '' dan setahuku orang kantoran berangkat pagi, bukan setelah jam makan siang. ''
Aku menahan diri untuk tidak menjawab, kupaksakan senyum paling palsu mengembang demi kesopanan. Aku dan dia sama-sama bertamu di rumah ini, bedanya, aku langsung didudukkan di ruang tengah--ruang keluarga, bukan ruang tamu.
'' Sepertinya kalian sudah baikan, aku sedih saat dia kamu tinggalkan begitu saja di Semarang. Kasihan dia. ''
Dan jahatnya aku, benar? Bagus, masalah yang seharusnya sudah bisa dilupakan kini diungkit-ungkit kembali.
'' Setelah kamu pergi, dia langsung kehilangan selera makan. Dia lebih banyak menghabiskan waktu di kamar hotelnya dibanding menyelesaikan perjalanannya. Kamu membuatnya sedih, tega sekali. ''
Hampir saja kutinggalkan wanita di depanku ini, masa bodoh dengan rasa hormat kepada tamu, hormatku hanya kuberikan pada orang yang pantas dihormati.
'' Kamu menyakiti Bibu-ku, '' lanjutnya lagi. Dahiku berkerut mendengar kata asing yang dia ucapkan, entah siapa yang salah dengar atau salah sebut.
'' Bi-bu? Apa itu Bibu? ''
'' Ohh, kamu belum tahu, ya? Bibu itu nama panggilan sayangku saat kami masih bersama. ''
Aku ingin tertawa sekaligus marah, nama macam apa itu? Dan apa yang dia sebut tadi? '' Bibu-ku '' ? Bibu-mu maksudnya?
'' Biru, panggil dia Biru, '' koreksiku.
'' Aku sudah terbiasa dengan nama itu, sulit untuk mengubahnya. ''
'' Tapi dia sudah tidak bersamamu lagi, bukan? '' tanyaku mantap.
'' Dulu... ''
'' Dan kita sedang tidak hidup di masa lalu, '' tambahku senang melihat wajahnya memucat. '' Dia adalah Biru-ku, sekarang. Salah alamat kalau kamu mencari masa lalu di masa kini, dan salah target kalau kamu pikir Biru-ku adalah Bibu-mu. '' Dan panggilan macam apa itu ' Bibu ' ?
Aku benar-benar sudah muak dengannya, sengaja mengingatkan kesalahanku lalu dibumbui dengan drama. Setelah ini, apa?
'' Aku akan merebutnya darimu, '' celetuknya saat aku beranjak ingin meninggalkannya. Kutahan langkahku, kuradam kekesalanku dan kutatap dia dengan tenang. Ada amarah di wajahnya, ada kekesalan yang lebih besar memenuhi raut cantik dan menggodanya, ada ambisi yang tergambar jelas setelah kalimat terakhirnya terucap.
'' Coba saja kalau bisa, '' balasku.
(Mr. Backpacker)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar