Hanya kita yang mengetahui, mungkin sebaiknya tidak ada orang lain, raga ataupun bayangannya.
Seharusnya memang tidak ada orang lain.
Malam mulai membisiki senyap, ada kamu didekatku, ada tubuhmu di dekapanku. Telingaku memang sepi, hanya degup jantungmu yang bersahut-sahutan dengan jantungku. Aku merasakannya, mendengarnya melalui pori dan juga kulitku. Dan telingaku seperti tuli, hanya hembusan nafas dari hidungmu yang samar berbisik. Ah, aku masih bisa mendengar ternyata.
Matanya terpejam dengan bulu mata lentik alami, kelopak menutupi sinar bening yang selalu menyorot dari dalam matanya. Aku menyukainya, menatapnya saat tertidur seperti melihat cinta, hingga aku sadar kalau itu sementara. Iya, hanya sampai dia terjaga sebentar lagi. Aku tak akan berusaha menebak bayangan lain selain wujudku di balik kelopak itu, aku sudah tahu.
Aku ingin sekali lupa, mungkin untuk sesaat saja, boleh?
Ada dia di matamu, ada masa lalu yang sengaja kau paku di langkahmu sampai detik ini.
Sampai denyut nadi ini, ini, lalu yang ini, juga yang ini. Hanya ada dia.
Kelopak mata itu menyamarkan topeng yang dipasang dengan cantik di pupil matanya, menutupi dusta, membiarkanku berilusi seolah telah memilikinya utuh. Membuatku mengira kalau hatinya tak pernah terbagi, mengira kalau angannya hanya terisikan aku.
Diamku adalah kelu karena terlanjur banyak mencintaimu, aku kalah, aku mengalah agar kamu selalu di sini; di sisiku.
(#15haringeblogFF #day6)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar