Jumat, 13 Januari 2012

'' Kamu Manis '' Kataku

Halte TransJakarta siang itu ramai, tidak seperti dugaanku. Hari minggu, bukan hari kantor, bukan after hour, bukan hari sabtu di mana beberapa jam lagi adalah malam minggu.

Kutebar pandanganku ke seluruh sudut halte, ke setiap wajah di sana, tapi tidak...tidak ada sosok yang ingin kutemui hari itu. Yakin dengan kedua mataku, kuputuskan untuk duduk, menunggu, bersiap menangkap kilatan mata seorang teman lama. Entah masih bisa kukenali atau tidak, sudah enam tahun sejak kelulusan saat kami bersekolah di sekolah menengah pertama dulu. Dulu sekali.

Itu dia, jeans hitam dan kaus berwarna biru tua. Rambutnya tidak lagi sepunggung dan dikuncir ekor kuda, rambutnya kini sebahu dengan poni menutupi dahi. Aku berdiri menyambutnya, memaku pandangan pada matanya yang masih mencari.
Senyumnya merekah saat mata kami bertemu di satu titik, dan membuatku menjadi sedikit gugup.

'' Henry? '' tanyanya, aku tersenyum lagi. Bahkan sudah bisa dihitung tertawa saking lebarnya. '' hei, kamu tinggi banget sekarang ''

'' Lama tak jumpa, Kirana '' kujabat tangan yang dulu mungil dan kurus, '' kamu manis '' kataku. Kata-kata pertamaku, dan membuatku kaget dengan ucapanku sendiri. Dia terbahak, sedang aku sibuk menyembunyikan malu di wajahku.

****

Bibirnya tak pernah berhenti tersenyum, menceritakan lagi masa-masa sekolah dan itu membuat kami seperti mundur enam tahun dari umur hari ini.

'' Mau jadi pacarku? '' iya, kalimat memalukan lain. Refleks. Membuatku ingin mati detik itu juga. Matanya membesar, alis kirinya naik, lalu dia menggeleng heran sambil menyimpulkan senyum.
Sudah kepalang tanggung, pikirku. Maju, atau malu. Memang terlalu pagi, tapi enam tahun lalu--selama tiga tahun, aku belajar bersamanya, mengamatinya, menerima jawaban ' Tidak ' berkali-kali saat meminta contekan darinya. Aku masih bisa melihat sisa-sisa ketegasan enam tahun lalu, rahang serta sorot mata yang tajam. Sorot yang selalu kuhindari ketika tak sengaja dia menatapku.

'' Secepat ini? '' tanyanya sambil menggeser gelas orange juice di depannya.

'' Secepat tiga tahun masa sekolah kita, secepat degup jantungku sekarang. Dengar, kamu memang bukan wanita satu-satunya setelah kita lulus...tapi kesempatan ini baru datang setelah enam tahun. Aku pantas menanyakannya, bukan? ''

Dia tertawa renyah, kepalanya masih menggeleng tak percaya, tetapi pipinya bersemu merah dan mulai dia menghindari tatapanku.

'' Apa kamu selalu terus terang mengenai perasaanmu, Henry? '' godanya.

'' Iya. Denganmu ''

-

(tantangan #15haringeblogFF #day3)
Follow me @_raraa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar