Dear you...
Ada masa ketika kita pernah tersipu karena tak sengaja saling tatap, ketika aku masih mengenakan seragam biru putihku.
Aku pernah menulis namamu di semua lembar paling belakang buku tulisku, menyandingkan dengan namaku dan mengurungnya dengan sebuah gambar hati besar. Aku terbiasa menuliskan inisial namamu di atas meja sekolah diam-diam saat pelajaran masih berlangsung, melupakan pekerjaan rumah dari guru karena menganggapmu lebih penting bagiku.
Ada masa di saat kita duduk bersisian dan tak berani membuka pembicaraan, ada getar yang membuatku gagap meski hanya untuk menyapa seadanya. Sampai kamu memulainya, aku masih tetap menunduk tanpa bisa sedetikpun menatap wajahmu. Kita hanya berakhir dalam sepi, mengalah pada gagap yang sukses membungkam semua kata.
Ada masa di mana tanganmu menggenggam jemariku untuk pertama kalinya, aku masih ingat, aku belum juga berani menatap matamu. Mungkin sampai hari ini.
Ada beberapa waktu di mana kita diam-diam bergandengan di bawah meja saat berkumpul dengan teman, kita memang sudah terbiasa dan merasa terlalu nyaman bersembunyi.
Kita punya dunia yang hanya berisi aku dan kamu, kita dan kita, lalu aku dan kamu. Hanya berdua.
Hingga akhirnya, ada masa di mana kita kembali didekap gagap, duduk bersisian dengan bibir terkatup rapat. Aku dan kamu sedang bergulat dengan hati, mencari jalan keluar yang belum kita dapat sampai hari ini.
Kamu yang sedang di pulau seberang, semoga kamu bahagia. Nanti, akan ada masa kita duduk bersisian dengan gelak tawa tanpa gagap yang pernah kita rasa. Menutup cerita lama dengan cincin berbeda warna, serta dengan bangga menunjukan pasangan kita masing-masing.
Berbahagialah sepertiku hari ini, meski tanpamu, meski tanpa dunia yang pernah kita tinggali berdua.
Regards
Tidak ada komentar:
Posting Komentar