Kamis, 12 Januari 2012

Dag Dig Dug

Kudekap tubuhnya di atas ranjang besi bersprei putih bersih, di dalam sebuah ruangan, di tempat yang paling aku benci: Rumah sakit.

Kami berjejal di atasnya, ranjang itu harusnya hanya untuk pasien, tidak termasuk calon suaminya. Di luar hujan, jendela kaca berembun dengan air yang terus mengguyur di sisi luarnya. Vertikal. Tak berjeda.
Erat sekali, tangan kirinya memeluk pinggangku, sedang kepalanya bersandar di bahu--lebih ke menepelkannya di leher. Sudah seminggu, dan pernikahan kami tinggal dua bulan lagi.

'' Jantungmu bagus, detaknya stabil. Dag...dig...dug... '' katanya kemarin, dengan posisi yang sama seperti hari ini. Iya, tapi tidak dengan jantungmu, batinku.

Dia bisa saja tiba-tiba terjatuh, jantungnya bisa saja terhenti seketika, dan aku bisa kehilangan dia kapanpun. Ini tidak adil, kami baru ingin membentuk keluarga, kami sudah berencana punya banyak anak untuk rumah kami, dan kami sudah berangan menjadi tua bersama. Kenapa?
Perutku serasa diperas dan dipelintir mengetahuinya, jantung di dalam dada sebelah kiri calon istriku lemah. Lalu sampai kapan dia bertahan? Tidak ada yang tahu, dokter bukanlah Tuhan, dia juga manusia, bukan?

Pelukannya mengendur, kepalanya terangkat sedikit. Dia menatapku, menatap airmataku.

'' Kamu menangis, lagi '' katanya dengan nada mengeluh. '' kamu itu laki-laki ''

Aku tersenyum, tapi hatiku tercabik melihat tidak sedikitpun terlukis kesedihan di raut wajahnya. Kutahan bibirku yang masih bergetar, ku tangkup wajah itu dengan kedua telapak tangan. Menatap dalam mata coklat tua bening, mengusap pipinya dengan ibu jari perlahan.
'' Boleh aku minta tolong padamu? '' tanyaku, dia mengangguk, dia bahkan tersenyum. Dia masih bisa tersenyum.

'' Kirana, katakan pada jantungmu...berdetaklah, berdetaklah untukku ''

-
(Tantangan #15haringeblogFF #day2.)

4 komentar:

  1. Balasan
    1. @Ifnur Hikmah : makasih komennya :)

      punya kakak lebih gila, jahat tepatnya :))

      Hapus
  2. huwaaa. so sweet. jadi terharu..

    BalasHapus
  3. @amel : makasih ya udah baca ceritaku :)

    BalasHapus