Tangannya menyisir helaian-helaian hitam di kepalanya, matanya kosong dan mulutnya tak berhenti menggumam.
'' Apa aku sakit? '' tanyanya pada seseorang yang berada di sampingnya. Sembari mengangkat tinggi sebelah tangan, dia menunjukan helaian rambut yang terbawa saat menyisir. '' Apa aku sakit? '' ulangnya.
Matanya tertuju pada rambut hitam panjang itu, meniupnya pelan, berulang-ulang. '' Kamu mau coba-coba meninggalkanku? Kamu mau pergi dariku? ''
Disimpannya semua ke dalam saku atasan baju biru muda yang dikenakannya, badannya menunduk dalam mencari sisa rambut yang terjatuh di sekitar telapak kaki yang telanjang.
'' Kembali, jangan tinggalkan aku sendirian... '' gumamnya, kini tangannya meremas saku dengan kencang, seperti tak ingin ada yang tercecer. Seperti tak ingin kehilangan lagi. '' Tinggal, tetap tinggal. Aku memang jahat, aku jahat. Tapi, jangan pergi, anakku ''
Badannya melantai dan menggigil, matanya mengerjap ketakutan, dan tangannya menarik-narik rambut dengan kasar. '' Ibu yang salah, anakku. Ibu yang salah, bawa ibu pulang... Ibu tidak sakit ''
Perempuan muda di sampingnya dengan sabar mengajaknya bicara, meskipun memang sia-sia. Dipapahnya tubuh tua yang gemetaran, wajah keibuan, juga rambut yang masih hitam legam seperti dulu. Hanya matanya yang terlihat rapuh, selalu berair, selalu ketakutan. Matanya penuh dengan penyesalan.
'' Ibu memang salah, Henry. Bawa ibu pulang, anakku... '' racaunya. Perempuan itu tersenyum, lalu menyuapkan butiran obat terakhirnya untuk hari ini.
-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar