Inilah aku, tanpamu, sekarang.
Inilah aku yang sudah terhempas beberapa blok dari masa lalu denganmu, sempat ingin terus kembali, dan nyaris saja tenggelam dalam pilu.
Kita pernah bersisian di satu arah, mengapit lengan serta samar mengalunkan nyanyian. Aku terpaku pada langkah pastimu, aku terpukau pada teguh tatapmu. Aku pernah melihatmu di sampingku dengan jarak sejengkal jemari, berbisik lirih serasa angin, merengkuh tubuh layaknya
sulur merambat.
Tapi kini inilah aku, tanpamu.
Melompat beberapa bab dari hitungan kenangan dalam buku bersampul merah jambu tertuliskan namamu, mungkin saja ini jilid akhir ceritaku denganmu. Dua tahun menggoreskan kisah, mengumpulkan kata demi kata, membuat paragraf baru, menyadur kalimat-kalimat indah, hingga ada sebuah titik yang mengakhirinya.
Ada bagian yang hilang, lembarku menipis saat aku menemukan robekan kepercayaan yang tercecer. Katakan, siapa dia?
Inilah aku tanpamu, inilah aku di baris terakhir kertas kita. Aku sudah melewati banyak cerita dan diakhiri tanda tanya, aku ingin titik. Titik yang bisa menutup lembar tanpa pertanyaan, titik dipaling belakang kalimat penutup cerita kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar