Selasa, 03 Januari 2012

Masih Tertidur

Kubuka pintu kamarku perlahan, suara decit engselnya memang sudah sangat mengganggu tapi selalu lupa diperbaiki. Nampan berisi nasi goreng buatanku dan segelas susu cokelat kesukaannya tertata rapi di atas sebuah nampan, dia pasti menyukainya.

Kamar masih gelap, tirai berwarna cokelat tua itu menutupi sinar matahari pagi. Pantaslah dia masih betah bermimpi, kamar ini memang terlalu nyaman untuk menahannya tetap tertidur. Aku letakkan nampan di atas meja, mematikan lampu kecil dan memencet remote AC.
Matanya tertutup rapat, rambut hitam panjangnya bahkan tidak berantakan sepertiku saat bangun tidur. Ku kecup keningnya pelan, lalu kupagut bibir keringnya. Dia tidak juga terbangun.

Selimut tebal bermotif bunga krisan melekat pada tubuhnya, hati-hati aku singkap hingga kaki jenjangnya terlihat. Gaun warna merah menyala masih dikenakannya, kalung mutiara putih dan anting bermatakan permata kecil juga tidak dilepas. Dia begitu cantik, dia tahu aku menyukainya.

'' Cantik, bangunlah...'' bisikku pada telinganya. Hening. Seingatku, semalam dia sudah tidur saat aku pulang kantor. Lelah kah, dia?
'' Kamu pucat sekali, sayang... Kamu sakit? '' aku tempelkan punggung telapak tanganku di dahinya, tidak panas. Aneh. Mungkin dia kurang vitamin, dia membenci sayur dan buah-buahan. Menjijikan, katanya.

''Henry, sampai kapan kau mau berbicara pada jasad istrimu? Cepatlah, Ibu tunggu kau di meja makan '' suara itu muncul dari arah pintu, Ibuku.

'' Iya, Bu. Sebentar aku pamit dulu sama istriku..'' jawabku. Ku tatap lagi wajah pucat itu, ku belai seperti saat pertama dia menerimaku sebagai kekasihnya. Masih sama, tidak...seperti ada yang kurang. Memang benar, dia harus pakai lipstick, iya, perona bibir. Warna merah menyala, seperti gaunmu yang juga warna kesukaanku.
'' Kamu cantik sekali '' ku kecup lagi bibir itu, menyalakan kembali pendingin ruangan lalu menyemprotkan parfum padanya. Parfum favoritnya. '' Selamat tidur, mimpi yang indah. Aku mencintaimu, sangat mencintaimu ''

Pintu kembali berdecit saat aku menutupnya, ku longokkan kepala sebelum pintu benar-benar tertutup. Kakinya indah sekali.

-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar