Asap tipis mengepul dari mushroom soup yang baru dihidangkan di mangkuknya, hanya ada kami berdua di sini.
Di sebuah tempat makan di pinggiran Jakarta, kami saling menggenggam jemari dan sesekali memandang satu sama lain, kemudian terkekeh malu. Dia menyeruput mushroom soupnya dengan hati-hati, mencecap kemudian mengangguk yakin. Itu makanan kesukaannya dan hanya restoran ini yang bisa membuatnya puas mengenai rasa.
'' Hari ini kau cantik sekali '' kataku di tengah acara makan-makan kami. Dia melirik, lalu melanjutkan lagi mengaduk-aduk soupnya. '' Apa kau selalu terlihat secantik ini? '' godaku.
Dia menggeleng, menyeruput teh hijaunya lalu menghela nafas panjang. '' Jangan melucu '' jawabnya ketus.
Kugenggam telapak tangan kirinya, menatapnya lembut dan sedikit beranjak untuk mencium keningnya. Kutatap lagi mata itu, juga bibir yang masih terlihat menggoda. Entah, tapi selalu ada sinar yang memancar dari wajahnya. '' Jadilah milikku, mau? ''
Dia terkekeh lagi, menyangga dagunya menggunakan tangan kanan. Diam sejenak, memandang heran ke arahku, lalu tersenyum. '' Kau sudah tahu jawabannya, bukan? ''
'' Oh ya? Jawaban apa? '' pancingku, dia merengut lalu menarik tangan dari genggamanku. Ada raut kecewa di wajahnya yang kini berpaling ke luar jendela.
'' Yakin belum tahu? '' balasnya setelah mata kami kembali beradu, '' meski umur pernikahan kita sudah 26 tahun? '' diangkatnya tangan kanan sambil memainkan jari memerlihatkan cincin putih di jari manisnya. '' Kau sudah tua, Henry. Dan pikun ''
Aku tertawa kencang, sampai pengunjung lain menengok heran ke arah kami. Aku memang sudah tidak muda lagi, mungkin dia benar, aku sudah pikun.
'' jadilah milikku, setiap hari, di sisa hari tua kita, mau? ''
(#15haringeblogFF #day5)
Unyuh
BalasHapusmakasih Kak Iip :D
Hapus