Hujan masih betah menahan kita yang sudah kuyup, tak ada lagi kehangatan di atas permukaan kulit kita. Hanya gigil, hanya biru bibir dan gigi gemertakan karena dingin.
Aku meniup kepalan kedua tangan dengan cepat, hanya udara dari dalam tubuh yang masih bisa menghangatkan. Kulihat tanganmu gemetaran, kakimu menjejak-jejak tanah mencoba menepis rasa beku. Kita lagi-lagi terdampar di kota antah-berantah, berpetualang mencari sesuatu yang kita sendiri taidak tahu apa.
'' Kita pernah lebih parah dari ini, '' ujarmu. Aku tersenyum tipis sambil terus menggosok jari-jemariku. Kita hanya bisa terduduk di depan toko yang sudah tutup, kita belum menemukan penginapan untuk sekedar singgah dan beristirahat. '' Kamu dingin? ''
Lalu tanpa aba-aba kamu melepas ransel besarmu dan memelukku, menggosok-gosok pipiku dengan jari dinginmu. '' Aku sudah bilang, aku akan merepotkanmu. Lihat, kan? ''
Kamu mendekapku lebih erat, tak ada jawaban sama sekali. Hanya ujung kepalaku yang samar terasa ada yang menciumnya, seperti tidak ada masalah, seperti di rumah sendiri yang hangat dan nyaman. Aku meringkuk dalam pelukmu, menguasai dadamu, memilikimu seutuhnya.
'' Tidurlah, sepertinya hujan masih lama. Aku akan terus memelukmu seperti ini sampai kamu selesai bermimpi. ''
(Mr. Backpacker)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar