'' Kecewa? '' tanyanya sembari terus merangkul bahuku. Malam sudah terlalu larut, tapi toh masih ada manusia-manusia macam kami yang berani berjalan di pedestrian tanpa takut apapun.
Aku menengok membalas tatapan dan senyum bahagianya, kerlingan mata itu benar-benar terlihat mengejek. Sial!
'' Gak, kami sudah kebal '' jawabku santai. Aku mengamati gerombolan laki-laki di depanku, sama. Mereka juga sedang merayakan kemenangan malam ini, kemenangan Setan Merah atas Si Merah.
'' Uh, Liverpudlian yang baik '' ejeknya lagi. Bibirnya mengerucut, matanya menyipit membuat wajahnya terlihat lucu. '' gol pertama kamu keliatan seneng banget. ''
'' Iya, sampe Park Ji Sung merusak moment itu. Kakinya bisa keriting gitu. ''
aku berdecak kagum mengingat tim lawan berhasil membobol gawang timku, seperti yang aku bilang, merusak moment.
Dia terbahak mendengar istilah yang sedari tadi kuulang terus menerus, memang hanya kata-kata itu yang bisa menggambarkan isi otakku. '' timmu gak mau ganti aja? Kalah terus, '' tambahnya membuat langkahku terhenti.
Dia menahan kakinya yang sudah siap maju, lalu menatapku heran.
'' Ada yang bilang, kalau memilih tim sepak bola itu like choosing a wife. Oke, artinya choosing a husband buatku. '' timpalku. Alisnya naik dan dahinya mengerut. '' kita bisa mengagumi, menyukai, menyanjung tim lain, tapi...hanya satu tim yang akan selalu didukung. Dipeluk. Dimiliki. Tak pernah diabaikan...ini! ''
Aku menunjuk burung merah kecil di dada kiriku, di atas jersey Liverpool satu-satunya yang kupunya.
Dia memelukku, membuat dua warna menyatu di gelap malam. Menang dan kalah, merah dan merah. '' Apakah aku harus menjadi Liverpudlian untukmu? '' bisiknya di telingaku.
'' Untuk apa? ''
'' Agar kamu bisa memilihku menjadi suamimu, '' dia menangkup wajahku dengan dua telapak tangannya yang dingin, lalu mencium dahiku lembut. '' haruskah? ''
'' Bodoh, tentu saja tidak! '' jawabku cepat. Aku mendekapnya erat, merasakan degup jantungku memacu cepat di atas dadanya. Ada pijar yang menyala di dalam sana, seperti letupan-letupan yang terus meninggi bersama sorak kemenangan tim lawan. '' damn! Kenapa pengikut setan sepertimu begitu menarik di mataku! '' seruku dalam pelukannya.
Aku jatuh cinta pada rivalku sendiri, ini penyakitku, para Glory Hunters memang terlalu menarik.
*ditulis di tengah pertandingan Liverpool Vs Manchester United, dengan hasil akhir 2-1 untuk Liverpool.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar