Selasa, 17 Januari 2012

Ibu

Untuk Ibu...

Aku masih sama, belum bisa berbuat apa-apa, belum bisa membuatmu bangga. Tapi, aku masih anakmu, bukan?
Aku masih sama, masih seorang gadis kecil di depanmu, masih mengharapkan pelukmu meski tak pernah ada budaya saling peluk di antara kita. Selama aku masih hidup, kamu akan tetap menjadi anak kecil, katamu.

Aku tahu, Ibu. Aku memang tak akan menjadi dewasa di depanmu, aku akan terus bersembunyi di ketiakmu saat aku takut. Jadi aku memilih untuk pergi, untuk tidak seatap denganmu.
'' Gak mau ngerepotin '' jawabku pada setiap pertanyaan yang mengarah padaku. Aku ingin menjadi dewasa, Bu. Aku ingin menjauh dari ketiakmu sesekali, menghadapi ketakutanku sendiri, memecahkan masalahku tanpa bantuanmu. Aku ingin tidak menjadi gadis kecilmu sesekali, Ibu.

Aku masih sama, masih seorang anak kecil di depanmu, Ibu. Aku masih belum menjadi siapa-siapa, aku terlalu takut untuk jauh dari ketiakmu.
Aku ingin menjadi dewasa, dan aku rindu menjadi gadis kecilmu sekarang. Aku rindu suapan sendok plastik dan rayuanmu, aku rindu ancamanmu saat mandi menjadi momok menakutkan untukku. Aku rindu ada di hadapanmu, menjadi gadis kecilmu.

Aku masih sama, Ibu. Aku belum menjadi apa-apa, aku juga belum menjadi dewasa. Bedanya, rinduku kini mempunyai jarak, tempatku kini menjadi bumerang yang seringkali menyiksa saat mengingatmu. Ternyata aku masih gadis kecilmu yang dulu, Ibu. Masih seperti dulu. Masih ingin bersembunyi di ketiakmu.


*Untuk #30harimenulissuratcinta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar